Senin, 08 Januari 2018

Tafsir Tahlily Surah At Tubah atay 55-61

PENDAHULUAN
            Alquran merupakan kitab suci yang terdapat didalamnya petunjuk dan berita-berita yang pasti akan kebenarannya. Kita kaum muslimin wajib untuk beriman pada Alqur’an dan apa yang dibawa oleh Nabi Muhmmad SAW. Pada masa hidup Rosulullah SAW, kaum muslimin memilki keimanan yang kuat akan ajaran islam dan mematuhi perintah rosulnya. Kaum muslimin pun menjalani keseharian dan ibadah mereka di bawah naungan islam. Akan tetapi, tidak semua yang hidup bersama mereka adalah orang mukmin yang patuh, keberadaan orang-orang munafiq yang licik dengan mengaku beriman padahal hati mereka tidak beriman kerap menyulitkan Rosulillah SAW dan para shohabat. Berikut adalah ayat-ayat Qur’an beserta penafsirannya yang membahas tentang para munafiqin.


فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ

55. Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam Keadaan kafir.
Syarh Mufrodat:[1]
 تَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ,                        melayang nyawa mereka yakni keluar nyawa mereka      =
            Pada Ayat ini Allah SWT mengingatkan orang-orang mukmin untuk tidak terpesona dan iri kepada apa yang dimiliki oleh munafik dari harta benda dan anak-anak mereka Disebabkan mereka lebih mencintai harta dan anak-anak itulah Allah mengazab mereka di dunia dan akan mati mati dalam kekafiran. Mereka bersusah payah mencari harta benda benda tanpa menghiraukan cara mereka mendapatkannya dan mengira  kebahagiaan akan mereka dapatkan di dunia maupun akhirat
             Allah bermaksud menimpakan azab kepada mereka yakni hendak mengazab mereka dengan memberi harta benda dengan memberi harta benda dan anak-anak itu didunia melalui jerih payah yang mereka alami didalam mengumpulkannya dan sekaligus didalamnya terkandung berbagai malapetaka dan musibah. Dan kelak akan akan dicabut nyawa mereka sedangkan mereka dalam keadaan kafir maka allah akan mengazab mereka di akhirat dengan azab yang amat pedih.
           Ayat ini pula mengingatkan orang-orang mukmin akan adanya istidroj yakni berupa nikmat-nikmat allah yang dilimpahkan kepada seseorang yang sesungguhnya Allah SWT bermaksud menimpakan azab kepadanya.
          Istidroj adalah kenikamatan yang diberikan Allah kepada orang yang jauh darinya tanpa keimanan dan syari’at yang dikerjakan. Namun dengan nikmat tersebut dia semakin jauh dengan Allah SWT dan mendekatkanya dengan azabnya.
          Hasan Al-BAshry berkata bahwa yang dimaksud disini adalah zakat dan infak harta mereka di jalan Allah.
           Sedangkan Qotadah mengatakan bahwa adanya indikasi taqdim dan ta’khir pada ayat ini, sedangkan bentuk lengkapnya adalah: janganlah kamu terpesona denagn harta dan anak-anak mereka di kehidupan dunia, sesungguhnya allah hanya menghendaki untuk mengazab mereka di akhirat dengan semua itu.
         Tetapi ibnu Jarir memilih pendapat Hasan Albashry. Dan pendapat Al-Hasan merupakan pendapat yang kuat dan baik.[2]


وَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ إِنَّهُمْ لَمِنْكُمْ وَمَا هُمْ مِنْكُمْ وَلَٰكِنَّهُمْ قَوْمٌ يَفْرَقُونَ
لَوْ يَجِدُونَ مَلْجَأً أَوْ مَغَارَاتٍ أَوْ مُدَّخَلًا لَوَلَّوْا إِلَيْهِ وَهُمْ يَجْمَحُونَ

56. dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa Sesungguhnya mereka Termasuk golonganmu; Padahal mereka bukanlah dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut (kepadamu).
57. Jikalau mereka memperoleh tempat perlindunganmu atau gua-gua atau lobang-lobang (dalam tanah) niscaya mereka pergi kepadanya dengan secepat-cepatnya.
     
          Ayat ini masih menjelaskan dan menceritakan perihal keadaan orang-orang munafik. Yang mana diceritakan bahwa orang-orang munafik sebenarnya merasakan ketakutan dan ketegangan terhadap orang-orang mukmin. Sehingga mendorong mereka untuk bersumpah dengan sumpah yang terpaksa dilakukan, hal ini Menandakan sifat mereka yang pengecut dan pendusta. Seandainya saja mereka memiliki tempat perlindungan yang dapat melindungi mereka dari ketakutan mereka, niscayaamereka pasti akan langsung memasukinya sambil berlari ketakutan.
         Mereka selalu mengucapkan kepada orang-orang mukmin apa yang berlainan dengan apa yang tersirat dalam hati mereka, Demikianlah tingkah laku orang-orang munafik ketika bertemu dengan orang-orang mukmin seperti yang diterangkan oleh Allah SWT:

 وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ

14. dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok."
         Mereka takut Orang mukmin akan memperlakukan diri mereka seperti apa yang dilakukan kepada kaum musyrikin. Oleh karena itu mereka berani bersumpah demi untuk melindungi dirinya/taqiyyah.[3]
             Sesungguhnya, Alasan kaum munafik bergaul dan berbaur dengan orang-orang mukmin hanyalah karena mereka terpaksa, bukan karena mereka suka,  bahkan mereka berharap untuk tidak bergaul dengan orang mukmin, akan tetapi keadaan Arurat yang mendorong mereka terpaksa melakukanya. Karenanya mereka saat itu masih merasa sedih, galau dan bingung karena islam dan pemeluknya masih pada kejayaan dan posisi yang tinggi. Oleh karena itu, Apabila kaum muslimin mendapat suatu kegembiraan, mereka tidak senang melihatnya.[4] Karena itulah Allah menceritakannya dengan menurunkan ayat 57.

,وَمِنْهُمْ مَنْ يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقَاتِ فَإِنْ أُعْطُوا مِنْهَا رَضُوا وَإِنْ لَمْ يُعْطَوْا مِنْهَا إِذَا هُمْ يَسْخَطُونَ

وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوا مَا آتَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ سَيُؤْتِينَا اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللَّهِ رَاغِبُونَ
58. dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.
59. Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi Kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).
Syarh murodat[5]
xmencelamu =   يَلْمِزُكَ 
          Ayat ini masih membahas pehihal keadaan orang munafik. Sikap mencela orang munafik terhadap orang mukmin tidak ada habisnya, mereka mencela apa yang dilakukan dan dikerjakan orang mukmin, baik itu keseharian mereka atau hal yang mereka yakini, tidak terkecuali terkait masalah shodaqoh, zakat dan pembagian ghanimah.
         Mereka mencela Rosulullah SAW dalam masalah pembagian zakat dan harta rampasan. Padahal sebenarnya mereka tidak memiliki tujuan apapun selain keinginan untuk mendapatkan harta itu saja. Maka jika mereka diberikan apa yang mereka inginkan, mereka akan senang dengan perbuatan Orang mukmin, tetapi jika mereka tidak mendapatkan yang mereka inginkan, maka mereka segera marah kepada orang mukmin. Seperti itulah sifat orang munafik, pekat akan keegoisan dan keras kepala.
         Mereka menuduh Rosulullah SAW dengan sebab pengambilan zakat terhadap orang-orang kaya, mereka berkata: Sesungguhnya Dia hanya mementingkan orang yang dia kehendaki dari kerabatnya dan orang yang dia sayangi saja. Dan mereka memandang bahwa Rosulullah SAW tidak bersikap adil.[6]
Adapun sebab turunnya ayat ini riwayat Albukhary:
قال أبو سعيد الخدري بينا رسول الله صلى الله عليه وسلم يقسم مالا إذ جاءه حرقوص بن زهير أصل الخوارج ، ويقال له ذو الخويصرة التميمي ، فقال : اعدل يا رسول الله . فقال : ويلك ومن يعدل إذا لم أعدل فنزلت الآية . حديث صحيح أخرجه مسلم بمعناه
melalui Abu Said Al-Khudri r.a. yang menceritakan, bahwa ketika Rasulullah saw. sedang membagi-bagikan ganimah, tiba-tiba datanglah Hurqush bin Zuhair aslul Khowarij, disebut sebagai dzul khuwaishiroh At-tamimi, lalu orang itu berkata, "Berlaku adillah! Wahai Rosulullah" Maka Rasulullah saw. menjawab, "Celakalah engkau ini, siapakah yang akan berlaku adil jika aku tidak berbuat adil?" Maka pada saat itu juga turunlah Ayat. [7]
Qotadah berkata terkait ayat ini bahwasanya kata 8âÏJù=tƒ maksudnya “menuduhmu tidak adil dalam pembagian zakat”[8]
        Adapun Ayat 59 merupakan jumlah Syarth dan Jawab, yang mana jawab dari Syarth-nya mahdzhuf, jawab dari kalimat tersebut adalah:
لكان خيرا لهم  
“niscaya hal itu lebih baik bagi mereka” [9]
        Ayat 59 juga mengandung etika yang mulia bahwa ridho hanyalah kepada pemberian allah dan rosulnya, dan bertawakkal  dan berharap hanya pada Allah. Dan mengerjakan smua perintahnya dan menjauhi semua laranganya dan membenarkan semua berita-beritanya dan menteladani jejak-jejaknya. [10]

 إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
60. Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
           
Ayat ini berbeda topik dengan ayat sebelumnya, Ayat ini menjelaskan pihak-pihak mana yang berhak untuk mendapatkan zakat, yakni 8 golongan. Setelah allah menerang pada ayat sebelumnya yang berhubungkan dengan tingkah laku orang munafik yang selalu ingin menerima zakat walaupun mereka bukan orang yang berhak menerima zakat dan malah mencela nabi dan menuduhnya tidak berlaku adil., maka pada ayat ini Allah SWT menerangkan dan mempertegas tentang pihak-pihak yang berhak menerima zakat.
Berikut adalah penjelasan golongan penerima zakat:[11]
1. Faqir
Faqir adalah orang yang tidak memiliki harta dan pekerjaan, atau memiliki harta atau pekerjaan tetapi tidak mencukupi 50% dari kebutuhannya.
2. Miskin
Miskin adalah orang yang memilki harta atau pekerjaan yang tidak mencukupinya sekiranya masih diatas 50% dari kebutuhannya.
3. Amil zakat
Yaitu orang yang ditugaskan hakim untuk mengumpulkan zakat dan membagikanya kepada yang berhak, maka amil ini berhak mendapat zakat walaupun orang kaya, dengan syarat hendaknya amil ini tidak diberikan upah oleh hakim/pemerintah.
4. Muallaf
Dalam madzhab Syafi’I Muaalf itu ada 4 golongan, yakni:
·         Orang yang baru masuk islam dan niatnya masih lemah dalam islam
·         Orang yang terpandang di suatu kaum sehingga memberinya zakat diharapkan bisa mengislamkan sekutunya
·         Orang muslim yang memerangi dan menakuti orang tidak membayar zakat dan membawanya kepada imam
·         Orang memerangi orang kafir dan pemberontak jika lebih mudah dari mengutus pasukan
5. budak Mukatab
Yaitu budak yang di tangguhkan kemerdekaannya dengan sekian angsuran bayaran
6. Ghorim
Yaitu orang yang berhutang untuk selain maksiat, yaitu ada empat golongan:
v  Orang yang berhutang untuk mendamaikan dua pihak yang bertikai
v  Orang yang berhutang untuk menjamu tamu, membangun masjid, dan sebagainya yang mana merupakan kemaslahatan umum
v  Orang yang berhutang untuk menafkahi dirinya dan keluarganya
v  Orang yang menanggung hutang orang lain padahal dirinya pun dalam keadaan susah.
8. Guzaah
Yaitu orang yang ikut berperang secara sukarela dan tidak mengambil upah dari keikutsertaan mereka dalam berjihad.
9. Ibn sabil
Yaitu seorang musafir yang tidak memiliki nafkah yang bisa dia pakai didaerahnya sekarang, walaupun di daerah asalnya memiliki banyak harta.
            Ayat ini menyatakan bahwa zakat tidak boleh disalurkan kepada selain golongan-golongan ini, dan tidak boleh juga mencegah zakat dari sebagian dari gologan-golgan ini bilaman golongan tersebut memang ada, Selanjutnya imamlah yang membagi-bagikannya kepada golongan-golongan tersebut secara merata; akan tetapi imam berhak mengutamakan individu tertentu dari suatu golongan atas yang lainnya. Huruf lam yang terdapat pada lafal lilfuqaraa` memberikan pengertian wajib meratakan pembagian zakat kepada setiap individu-individu yang berhak. Hanya saja tidak diwajibkan kepada pemilik harta yang dizakati, bilamana ia membaginya sendiri, meratakan pembagiannya kepada setiap golongan, karena hal ini amat sulit untuk dilaksanakan. Akan tetapi cukup baginya memberikannya kepada tiga orang dari setiap golongan. Tidak cukup baginya bilamana ternyata zakatnya hanya diberikan kepada kurang dari tiga orang; demikianlah pengertian yang disimpulkan dari ungkapan jamak pada ayat ini. Sunah telah memberikan penjelasannya, bahwa syarat bagi orang yang menerima zakat itu, antara lain ialah muslim, hendaknya ia bukan keturunan dari Bani Hasyim dan tidak pula dari Bani Muthalib.[12]
Sistem pendistribusian zakat ini merupakan hal ta’abbudy yakni kewajiban dari Allah berdasarkan ilmu dan kebijaksanaan Allah SWT, Sehingga tidak ada lagi ALasan untuk mengganti atau menambahkan golongan lain di dalamnya.

وَمِنْهُمُ الَّذِينَ يُؤْذُونَ النَّبِيَّ وَيَقُولُونَ هُوَ أُذُنٌ ۚ قُلْ أُذُنُ خَيْرٍ لَكُمْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَيُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِينَ وَرَحْمَةٌ لِلَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ ۚ وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ رَسُولَ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
61. di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: "Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya." Katakanlah: "Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu." dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih.
Syarh mufrodat[13]
اذن خير لكم
“telinga yang dimilikinya lebih baik, ia mengetahui mana yang benar dan mana yang dusta”
Ayat ini kembali menceritakan orang-orang munafik. Kebencian dan ketidak sukaan mereka terhadap Rosulullah Saw seakan mengakar dalam diri mereka. Selain membenci dan sering menuduh Nabi, mereka juga selalu meremehkan Nabi dan menganggapnya sebagai orang biasa yang bahkan tidak sepintar yang orang mukmin lihat.
 Bentuk penghinaan dan cemooh mereka terhadap nabi seringkali terdengar oleh orang mukmin, sehingga orang-orang mukmin melarang mereka berkata demikian agar tidak sampai terdengar oleh nabi, Akan tetapi, ketika mereka dilarang, mereka malah mengatakan: “ Dia hanya mendengar apa yang dikatakan padanya dan menerimanya begitu saja, jika kami melakukan sumpah bahwa kami tidak mengatakan sesuatu maka dia pasti akan percaya”.[14]
Pada Ayat ini Allah SWT menceritakan akan orang munafik yang mengumpat dan mempergunjing Nabi SWT, mereka mengatakan bahwa Nabi SAW terlalu cepat percaya dan mudah terpengaruhitanpa memikirkan dan meneliti kevalidan apa yang didengarnya. Mereka mendasara hal ini karena perlakuan NAbi terhadap mereka tidak berbeda dengan orang-orang mukmin pada umumnya. Sehingga mereka menganggap adanya kekurangan fatal pada diri Nabi sehingga tidak pantas untuk menjadi pemimpin.
Keadaan Nabi SAW tidak sesederhana yang dipikirkan orang munafik itu, Nabi SAW bersikap demikian bukan karena mudah diperdaya atau  dipengaruhi, tapi karena beliau beriman pada Allah yang maha menuntun dan melindungi, dan juga beliau mempercayai Orang-orang beriman yang telah menunjukan ketaqwaan dan ketabahan mereka. Nabi bukannya mendengarkan sesuatu tanpa penelitian, tapi beliau  adalah pembawa rahmat rahmat bagi orang-orang beriman, Sehingga belaiu mempercayai apa yang dikabarkan oleh orang mukmin yang telah menikuti dan petunjuk dan hidayahnya.
Pada Akhir ayat ini Allah AWT menyatakan dan mempertegas akan Azab bagi orang yang menghina dan mencela NAbi SAW. Larangan menghina Nabi SAW adalah mutlak, sehingga tidak boleh mencela Nabi SAW baik pada masa hidup beliau atau setelah beliau wafat. Seperti halnya mencela beliau, tidak boleh pula mencela keluarga beliau baik itu orang tua beliau, anak dan istri beliau, karena menyakiti mereka sama saja menyakiti beliau.
PENUTUP
Setelah mengetahui keterangan terhadap ayat-ayat diatas maka kita telah mempelajari bagaimana sikap dan sifat oran-orang munafik yang selalu mentang dan membenci Nabi SAW, mereka mencemooh, menghina dan meremehkan Nabi dengan berbagai bentuk dan usaha. Semua yang mereka tunjukan dari ketaatan dan bergaulnya mereka denagn orang mukmin hanya sebuah kamuflase yang menutupi kekufuran mereka dibalik topeng sumpah-sumpah palsu mereka. Tetapi Nabi SAW merupakan Nabi pembawa rahmat dan panutan seluruh makhluk, menanggapi perlakuan mereka dengan bijak dan kepala dingin. Begutulah selak beluk kehidupan orang munafik yang hidup berdampingan dengan orang mukmin dibawah naungan Rasulullah SAW.

DAFTAR PUSTAKA
AS-suyuti, Jalaluddin Abdurrahman, Tafsir Jalalayn, Surabaya:Bangkul indah 1998.
Ibn Katsir, Tafsir Ibn Katsir, Beirut: Darul Fikr, 1986.
Al-Kaf, Hasan , Taqrirot As-sadidah, Tarim: Darul Mirots Nabawy,2008.
Tafsir Wasith , Qur’an for Android , Playstore
Tafsir Qurtuby, Qur’an for Android , Playstore




[1] Jalaluddin Abdurrahman AS-suyuti, Tafsir Jalalayn,(Surabaya:Bangkul indah 1998) hlm. 162
[2] Imam Ibn Katsir, tafsir Ibn Katsir,( Beirut: Darul FIkr, 1986) hlm. 264
[3] Jalaluddin Abdurrahman AS-suyuti, Tafsir Jalalayn,(Surabaya:Bangkul indah 1998) hlm. 162
[4] Imam Ibn Katsir, tafsir Ibn Katsir,( Beirut: Darul FIkr, 1986) hlm. 264
[5] Jalaluddin Abdurrahman AS-suyuti, Tafsir Jalalayn,(Surabaya:Bangkul indah 1998) hlm. 162
[6] Tafsir Alwasith
[7] Tafsir Qurthuby
[8] Imam Ibn Katsir, tafsir Ibn Katsir,( Beirut: Darul FIkr, 1986) hlm. 264
[9] Jalaluddin Abdurrahman AS-suyuti, Tafsir Jalalayn,(Surabaya:Bangkul indah 1998) hlm. 162
[10] Opcit hlm.264
[11] Hasan Al-Kaf, Taqrirot As-sadidah,(Tarim: Darul Mirots Nabawy,2008) hlm. 423
[12] Jalaluddin Abdurrahman AS-suyuti, Tafsir Jalalayn,(Surabaya:Bangkul indah 1998) hlm. 162
[13] Imam Ibn Katsir, tafsir Ibn Katsir,( Beirut: Darul FIkr, 1986) hlm. 267
[14] Jalaluddin Abdurrahman AS-suyuti, Tafsir Jalalayn,(Surabaya:Bangkul indah 1998) hlm. 163

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tafsir Tahlily surah An Nisa Ayat 36-44

Untuk mengakses Tafsir Tahlily surah An Nisa Ayat 36-44 klik disini